Pada tahun 2500 sebelum masehi, para ahli kesehatan dari mesir kuno selalu memanfaatkan tanam-tanaman obat, bahkan telah dihimpun catatan-catatannya yang terkenal dengan Papyrus Ehers, kini tersimpan di Universitas Leipzig Jerman.
Yunani kuno, misalnya hyprocrates (466 tahun sebelum Masehi) seorang tabib/dokter pada waktu itu telah banyak memanfaatkan konium, kayu manis, hiosiami, gentiana, kelembak, gom arab, mira, bunga kamil dan sebagaianya sebagai bahan-bahan pengobatan pasien-pasiennya danternyata sangat mujarab.
Perkembangan demi perkembangan telah dicapai, sehingga selanjutnya seorang apoteker bernama Martius dalam bukunya yang berjudul Grundiss der Pharmakognosie des pflanzenreiches telah berhasil menggolongkan tanaman-tanaman obat menurut segi morfologi, dan dengan demikian maka kemurnian tanaman-tanaman obat tersebut dapat diketahui.
Pada tahun 1838 seorang ahli botani jerman, Scheleiden, telah berhasil mengungkapkan bahwa tanaman-tanaman itu tersusun dari sel-sel, sehingga pada tahun 1857 ia berhasilmenegaskan melalui karya tulisnya bahwa perbedaan susunan sel tersebut hendaknya sangat diperhatikan dalam membedakan mana tanaman obat yang murni dan mana tanaman obat yang tidak murni.
Pada akhirnya, atas jasa egin Stahl, seorang ahli tanaman obat jerman, yang telah berhasil mengemukakan hasil-hasil penelitian zat-zat yang terkandung dalam tanaman obat, maka berbagai jenis tanaman obat kini merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi pembuatan obat-obatan yang mutakhir
